C. Kronologis Permusuhan Syaithan Terhadap Manusia
Jika dilihat bagaimana syaithan selalu berusaha untuk menggoda manusia agar manusia tersesat jadi jalan Allah, tentu hal itu berkenaan dengan sesuatu yang sangat prinsip dan urgen dalam kehidupan, untuk itu ada baiknya jika kita melihat bagaimana konsep Al Qur’an dalam penciptaan manusia dan darimana peranan iblis yang selalu menggodanya. Pada surat Al Baqarah ayat 30 dijelaskan tentang tujuan penciptaan manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi, padahal bersama dengan itu juga ada makhluk lain yang telah pernah mendiami bumi dan membuat kerusakan, tapi Allah berkenan untuk menjadikan seorang kholifah yang akan mewakili-Nya menjadi penguasa yang real di atas bumi ini. Sebagaimana tertera dalam QS. Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi sebagai berikut:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ(30)
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya aku menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan befirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ( QS. Al-Baqarah : 30)
Untuk membekali makhluk ciptaan-Nya tersebut menjadi kholifah maka Allah memberinya potensi-potensi sebagai manusia yang layak dan mampu mengemban misi kekholifahan tersebut. Diantara potensi tersebut adalah الأ َسْمَاءَ كُلَّهَا yang berarti “nama-nama seluruhnya” sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 31 yang berbunyi:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(31)
” Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”
Pengertian “Al Asma” dalam ayat tersebut menurut Ibnu Katsir adalah zat, sifat dan perbuatan-perbuatan segala makhluk ciptaan Allah yang diajarkan kepada Adam dalam proses penciptaannya.[1] Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Al Asma tersebut berwujud pengetahuan tentang alam dengan segala hukum yang berlaku di dalamnya atau dengan istilah lain disebut sunnatullah. Pengetahuan tentang sunnatullah ini yang kemudian diajarkan adam kepada anak cucunya di bumi untuk dijabarkan dan dikembangkan dalam kehidupan nyata di dunia. Penjabaran dan pengembangan sunnatullah tersebut sekarang berupa ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Selain pengetahuan Al Asma sebagai sunnatullah diatas dalam kata ( الأََسْمَاء) juga terkandung pengertian asma Allah yang di dalam Al Qur’an terkenal dengan Al Asma’ul Husna yang artinya nama-nama yang indah bagi Allah. Al Asma’ul Husna menunjukkan sifat-sifat yang khusus bagi Allah seperti Ar-Rahman, Ar Rahim, Al Quddus, Al Alim, Al Kholiq, Al Hayyu dan lain sebagainya.[2]
Menurut Hasan Langgulung sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Asma’ul Husna tersebut telah ditanamkan dalam diri manusia sejak awal penciptaannya berupa potensi-potensi pembawaan yang bersesuaian dengan sifat-sifat Allah tersebut, namun dengan kadar yang jauh lebih kecil[3]. Hal tersebut menurut Hasan Langgulung tercantum dalam surat Al Hijr ayat 29 yang berbunyi:
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
“ maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan bersujud”(QS. Al Hijr: 29).
Dari dua pengertian Al Asma’ di atas dapat difahami bahwa tugas manusia itu bersifat bidimensional yang meliputi tugas kekhalifahan dan tugas keilahian yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lain.
Karena Adam sebagai manusia pertama telah dibekali dengan berbagai macam ilmu pengetahuan oleh Allah SWT, maka para malaikat disuruh untuk bersujud kepada Adam sebagai penghormatan atas kemuliaannya dan pengakuan atas kekholifahannya, namun iblis menolak untuk bersujud karena kesombongannya sebagaimana tertera dalam surat Al Baqarah ayat 34 yang berbunyi:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para Malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam, ” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir”. ( QS. Al-Baqarah 34 )
Setelah kejadian tersebut, diungkapkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang lain bagaimana iblis berusaha untuk menggoda Adam dan anak cucu keterunannya agar jauh dari hidayah Allah; Sebaigaimana tertuag dalam Surat Al A’raf ayat 16 dan 17, yaitu yang berbunyi:
Setelah kejadian tersebut, diungkapkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang lain bagaimana iblis berusaha untuk menggoda Adam dan anak cucu keterunannya agar jauh dari hidayah Allah; Sebaigaimana tertuag dalam Surat Al A’raf ayat 16 dan 17, yaitu yang berbunyi:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ(16)ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ( 17)
“ Iblis berkata: “ karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan ( menghalang-halangi ) mereka dari jalan Engkau yang lurus kemudian saya akan mendatangi mereka dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at)” (QS. Al A’raf 16-17)
Dari paparan ayat di atas telah jelas bagaimana syaithan akan berusaha terus menerus untuk mengganggu manusia dengan berbagai macam tipudaya, hingga Allah memperingati manusia dalam banyak ayat Al Qur’an agar berhati-hati dengan musuh yang sangat nyata ini.
Dapat dilihat pada Surat Thoha ayat 117 yang berbunyi sebagai berikut:
فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى ( طه: 117) “Maka Kami berkata: “ Hai Adam, sesungguhnya ini ( iblis ) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka” ( QS. Thaha : 117).
Surat fathir (35) ayat yang berbunyi sebagai berikut::
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ ( فَاطِر: 6) “sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagi kalian, maka anggaplah ia musuh (kalian), karena sesungguhnya syaithan-syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS. Fathir: 6)
Surat Al Israa’ ( 17 ayat ) 53 yang berbunyi:
كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا ( الإسْرَاء: 53) Artinya: “sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” ( QS. Al Israa’: 53)
D). Pendapat Mengenai Iblis Dan Syaithan
Para ahli berbeda pendapat mengenai siapa sesungguhnya iblis tersebut sebab didalam surat Al-Baqarah ayat 34, dengan menggunakan adatul Hasyr إِلاَّ yang berarti kecuali, seolah-olah dia dimasukkan dalam golongan malaikat. Sedangkan jin dan Malaikat sungguh berbeda sebagaimana diterangkan dalam sebuah Hadist Rasulullah SAW :
خُلِقَتِ اْلمَلاَ ئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ، وَخُلِقَ اْلجَآ نُ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ ذٰلِكَ (رواه مسلم)
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua “ (HR. Muslim).
Karena malaikat diciptakan dari cahaya, maka dia selalu menghambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah SWT, sedangkan jin diciptakan dari api (Al-Hijr 15 : 26 -27) dan bangsa jin juga diperintahkan untuk mengerjakan syariat agama. Sehingga bangsa jin itu ada yang patuh dan ada yang durhaka sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT dalam surat Al-Jin 72:11
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذٰلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا(11)
“Dan sesungguhnya diantara kami (bangsa jin)
ada yang shaleh dan ada pula yang tidak demikian halnya.
Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.”
(Al-Jin 72 : 11)
Dengan adanya 2 ayat tersebut diatas (Surat Al-Baqarah 2:34 dan surat Al-Hijr 15:26 ; 27 ), para ahli berbeda pendapat mengenai siapa sesungguhnya syaitan itu, dimana manusia disuruh berlindung kepada Allah atas kedurhakaannya :
1. Menurut Drs. Yunahar Ilyas, Lc.
“Adapun mengenai keingkaran salah satu dari mereka Al-Baghawi menjelaskan bahwa ketaatan para malaikat adalah merupakan tabiat mereka, sedangkan kedurhakaan mereka adalah merupakan masalah taklifiah (Pembebanan). Kebalikan dengan manusia dimana ketaatan adalah urusan taklifiah (Pembebanan hukum), sedangkan mengikuti hawa nafsu merupakan tabiat manusia”.[4]
“Syaitan adalah anak cucu iblis, sedangkan iblis adalah makhluk ghaib dari kalangan jin yang pertama kali durhaka kepada Allah dan bertekad untuk mengoda umat manusia (anak cucu Adam) agar manusia mengikuti langkah mereka menentang perintah Allah”.[5]
2. Menurut salah satu pendapat dalam tafsir Al-Maraghi bahwa syaithan itu adalah golongan malaikat, karena sasaran perintah untuk bersujud pada surat Al-Baqarah ayat 34 ditujukan pada malaikat.
3. Dalam mitos kaum sufi, syaithan/iblis adalah seorang jin pertapa (zahid) yang bernama azazil, karena tidak mampu bertahan dalam kerusakan bangsanya, dia pindah kelangit yang tinggi dan melakukan pertapaan disana terpisah dari kejahatan dunia dan dia mengabdikan hidupnya untuk menyembah kepada Allah Yang Maha Esa sampai kemudian kecemburuannya kepada Adam menyebabkannya menolak perintah Allah dan menjadi makhluk yang terkutuk..[6]
4. Menurut Dawam Rahardjo Iblis adalah keinginan rendah yang menjauhkan manusia dari sujud kepada Allah gema memperoleh rahmatnya, sedangkan syaithan berarti merangsang keinginan rendah untuk menyelewengkan manusia dari jalan yang benar. [7]
E. Strategi Iblis Menjebak Manusia.
Menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya tafsir Al-Fatihah, iblis menjebak manusia secara bertahap; berikut ini adalah tahapan-tahapan kibulan iblis pada manusia:
1. Iblis menawarkan kekufuran, mengajak menolak agama dan eksistensi Tuhan dan kebenaran kitab suci, agama dianggap sebagai keterbelakangan dan dianggap sebagai penghambat kemajuan, seolah-olah jika ingin maju, modern maka hendaklah tinggalkan agama.
2. Bila gagal dengan jebakan pertama, maka iblis merancang jebakan kedua, yaitu bid’ah, kita tetap beragama, tapi melakukan hal-hal yang bertentangan dengan risalah Muhammad, sehingga menimbulkan kesesatan dan kerancuan dalam agama.
3. Bila berhasil menolak semua Bid’ah maka iblis menawarkan dosa-dosa besar berupa zina, korupsi, merampas hak orang lain, ambisi pribadi dan durhaka pada orang tua.
4. Jebakan keempat berupa tawaran untuk melakukan dosa-dosa kecil dengan alasan manusiawi, pada hal Ali bin abi thalib berkata "dosa-dosa yang paling besar adalah dosa yang dianggap kecil oleh pelakunya “.
5. Jebakan kelima iblis akan menyibukkan dengan hal-hal yang mubah sehingga kita melalaikan berbagai kewajiban. Bersenda gurau, berwisata, mencari nafkah sehingga melupakan tugas-tugas dan kewajiban pokoknya dalam mengabdi kepada Allah.
6. Jebakan yang lebih canggih lagi adalah iblis menawarkan ibadat-ibadat yang utama tapi melalaikan dari hal-hal yang lebih utama, misalnya sibuk berzikir, membersihkan diri atau tafakkur disudut-sudut rumah atau masjid, lalu mengabaikan masalah-masalah sosial, maka kita telah melupakan hal-hal yang lebih utama dan mengerjakan hal-hal yang utama.
7. Jebakkan terakhir dan yang paling canggih khusus untuk orang-orang bertaqwa adalah Iblis akan mengerahkan bala tentaranya jin dan manusia untuk menyakiti orang-orang mukmin, dengan memfitnah, mencaci-maki dan mendustakan ajaran-ajarannya. Sehingga mereka dipenjara, hina, miskin dan terkucil.[8]
Dalam sebuah syairnya Fariduddin Attar[9] seorang guru spiritual dalam dunia tasawuf menulis syair tentang godaan iblis sebagai berikut :
Karena aku (iblis) telah menuangkan diriku kedalam batinnya
, keturunan Adam akan tunduk kepada kemalanganku.
Kadang-kadang dengan bantuan khannas, aku
dengan kelicikanku, akan membuat dalam dada manusia seratus
perangkap untuk perbuatan tercela.
Dilain waktu aku akan menghasut seratus jenis
hasrat didalamnya, aku akan menjadi seperti darah
di dalam uratnya.
Kadang aku akan mendesaknya terutama untuk
berbuat ketaatan, tetapi dari ketaatan itu aku tunjukkan untuk
kemunafikan, bukan ketulusan.
Aku akan mengajarkan suatu jenis ilmu sihir yang
lain untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar.
Karena setan telah membuat rumahnya didalam
dirimu, dia telah mendudukan diri dalam kekuasaan dan menyusun
singgasananya.
Dia menghalangi engkau dari jalan kebenaran dan
karena penderitaan yang disebabkan oleh perbuatan ini matamu
menjadi seperti awan yang akan mengalirkan darah.
Jika itu adalah nasib Adam karena dia memandang
pada satu karung gandum yang akan berduka cita selama
tiga ratus tahun.
Perhatikanlah berapa banyak air mata yang akan
dicucurkan, dia yang menanggung kutukan Allah dan dipenuhi
dengan kecemburuan.
F. Macam-Macam Godaan Syaithan.
Untuk menyesatkan manusia dan membuat mereka lupa kepada Allah dan jalan kebaikan ada beberapa macam godaannya yaitu :
a. Tazyin (memandang baik perbuatan maksiyat) sebagaimana terdapat dalam beberapa surat Al-quran (Al-An’am : 6: 43, Al-Anfal : 8 : 48, An-Nahl : 16 : 63, An-Naml : 27 : 24), jelasnya dapat dilihat dalam surat Al-Hijr : 15 : 39 ; 40
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ(39)إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ(40)
Artinya :” Iblis berkata: “Ya, Tuhanku, oleh sebab engkau memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka”. (surat Al-Hijr 39-40)
b. Wa’dun (janji palsu).
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ(22)
Artinya :” Dan berkatalah syaithan tatkala perkara (hisab) telah d iselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah diriku sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak dapat membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (Ibrahim 22)
c. Shaddun (menghambat jalan Allah).
وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(62)
Artinya :”Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (surat Az-Zakhruf 62)
d. Kaidun (tipu daya).
الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا(76)
Artinya :”Orang-orang yang beriman berperang dijalan Allah, dan orang-orang kafir berperang dijalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”. (surat An-Nisa 76)
f. Waswasah (bisikan) Surat An-Naas
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ(1)مَلِكِ النَّاسِ(2)إِلَهِ النَّاسِ(3)مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ(4)الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ(5)مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Artinya :”Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia”. (surat An-naas : 6)
g. Tamanni (angan-angan)
Surat An-Nisaa’ ayat 118-119
لَعَنَهُ اللَّهُ وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا(118)وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا(119)
Artinya :”Yang dilaknati Allah dan syaitan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya). Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya. Barang siapa yang menjadikan syaitan pelindung selain Allah, maka sesungguh ia menderita kerugian yang nyata. (surat An-Nisaa’ 118-119
h. Nisyan (lupa pada kebaikan)
Terdapat dalam surat Yusuf 12 : 42 , Al-Kahfi : 18 : 63, untuk lebih jelasnya nampak pada surat Al-An’am : 6 : 68
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ(68)
Artinya :”Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan membicarakan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)”. (surat Al-An’am : 68).
i. Al-Adawah (permusuhan).
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ(91)
Artinya :” Sesunguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembayang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (Al-Maidah : 91)
j. Takhwif ( menakut-nakuti )
Syaithan menakut-nakuti dengan berbagai hal sebagaimana disebutkan dalam Al-quran. Surat Al-Imran :175
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(175)
Artinya :”Sesungguhnya mereka itu tidaklah lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti kamu (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman”.(Quran Al-Imran 175).
Takut yang dimaksud disini bukanlah takut yang alami seperti takutnya seseorang terhadap binatang buas, atau takut terhadap halilintar dan lain sebagainya yang bersifat alamiah dan bukan pula takut yang bersifat syar’i (sesuai dengan syari’at Islam) seperti takut melakukan kemaksiatan. Tetapi takut yang dijadikan senjata syaithan ini adalah takut menyatakan kebenaran, takut menegakkan hukum Allah, takut melakukan amar makruf nahi mungkar, takut berjuang, berjihat dijalan Allah karena takut miskin, takut kehilangan jabatan, takut masuk penjara, takut tidak populer dan takut mati syahid.
k.Sihir.
Walaupun banyak pertentangan mengenai sihir ini, dikalangan ummat Islam namun jika kita lihat beberapa surat Al-quran dan penafsirannya kita dapat menarik gambaran yang jelas sebagaimana ditulis oleh Ustadz Wahid Abdus Salam Baly. (Penulis buku “Wiqoyah Al Insan min-jin Wa al-syaithani"). Dalam bukunya : “Ilmu sihir dan penangkalnya tinjauan Al-quran, hadist dan ulama”
Dalil Al-quran :
1.Surat Al-Baqarah : 102
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ(102)
Artinya :”Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaithan-syaithan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaithan-syaithan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudhorat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan ijin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”. (Surat Al-Baqarah : 102)
2.Surat Yunus 10 : 77
قَالَ مُوسَى أَتَقُولُونَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَكُمْ أَسِحْرٌ هَذَا وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُونَ(77)
Artinya :”Musa berkata: “Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?”padahal ahli-ahli itu tidaklah mendapat kemenangan”.(Yunus : 77)
3.Surat Yunus 10 : 81-82
فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ(81)وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ(82)
Artinya :”Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: “Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak benarannya”. Sesungguhnya Allah tidak akan membenarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakkan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(Nya).” (Yunus : 81-82)
4. Surat Thaahaa 20 : 67-69.
فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى(67)قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلَى(68)وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى(69)
Artinya ::Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, darimana saja ia datang”.
5. Surat Al-A’Raaf 7 :117-122.
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ(117)فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(118)فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ(119)وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ(120)قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ(121)رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ
Artinya:“Dan kami wahyukan kepada Musa :”lemparkanlah tongkatmu!”Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena nyatalah yang benar dan batalah yang selalu mereka kerjakan .Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hilang .Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata:”kami beriman kepada Tuhan semesta alam,”(yaitu Tuhan Musa dan Harun”.(Al-a’raf-117-122).
6. Surat Al-falaq 113: 1-5:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ(1)مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ(2)وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ(3)وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ(4)وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Artinya :
Katakanlah:“Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul dan dari orang yang dengki apabila ia dengki”.
Dalam bukunya diatas Al-Allamah Ustad Wahid Abdussalam Baly mengutip beberapa tafsir yang menjelaskan tentang kalimat
ومن شرالنفثت فىالعقد
Sebagai berikut :
a.Menurut Al-qurtubi ayat tersebut berarti tukang sihir wanita yang meludah pada simpul (buhul) benang, ketika membaca mantra melakukan sihir (Tafsir Al-Qurtubi, XX/258)
b.Menurut Ibnu katsir dengan mengutip pendapat mujahid, ikrimah, Al-Hasan, Qotadah dan Al-Dlahak, mengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah tukang sihir wanita (Tafsir Ibnu Katsir, IV/573).
c.Menurut Ibnu jarir Al-Thabari, yang dimaksud ayat tersebut adalah kejahatan tukang sihir wanita yang meludahi pada simpul (buhul) benang ketika melakukan sihir dan demikian pula pendapat dan para ahli ta’wil (Tafsir Al-Qosimi.X/302).
Dari ayat diatas jelaslah bahwa sihir itu memang ada dan terdapat dalam masyarakat namun semua itu atas kehendak Allah dan seorang muslim diperintah untuk menjauhkan diri dan menjaga dirinya dari hal-hal sedemikian sebagaimana hadist Imran bin Husain dari Rasulullah (hal:20:21 ) :
عن عمران بن حصين رضي الله عنه قال,قال رسول الله صلىالله عليه وسلم:ليس منامن تطيراوتطيرله اوتكهن اوتكهن له اوسحراوسحرله,ومن اتىكاهنافصدقه بمايقول فقدكفربماانزل علىمحمدصلىالله عليه وسلم.
Artinya :
Dari "Imran Ibn Hushain ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Bukan termasuk golonganku, orang yang percaya kepada perhitungan nasib dengan burung, atau minta diramal nasibnya, atau orang yang mengaku tahu masalah ghaib dan orang yang datang kepada dukun, atau orang yang menyihir dan yang menyuruh mengerjakan sihir untuk kepentingannya. Barang siapa mendatangi tukang tenung (dukun) dan membenarkan ucapannya, maka ia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SAW.
(Untuk lebih jelasnya mengenai sihir ini dapat dibaca dalam buku “Ilmu Sihir dan Penangkalnya” karangan Ustadz Wahid Abdus-salam Baly; pengantar, Dr. H. Komarudin Hidayat; cet.I Jakarta: 1995 oleh penerbit logas publishing House, atau dalam buku “Wiqoyah Al Insan Min Al Jin Wa al, syaithani karangan Ustad Wahid Abdus-salam Baly jaya.)
Demikianlah berbagai macam godaan syaithan yang tidak hanya dilakukan oleh jin saja tapi juga oleh manusia yang telah masuk dalam Hizbudz Syaithan dengan menggunakan sarana dan prasarana yang lebih canggih dan kongkrit untuk mewujudkan keinginan-keinginan jahat syaithan sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat Al-Anam 6: 112 yang berbunyi
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (الأَنْعَام: 112)
Artinya:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis )manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan–perkatan yang indah-indah untuk menipu manusia. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada –adakan (Al-An’am :112)
Bahkan pada puisi berikut dapat kita lihat bagaimana tipu daya syaithan mempengaruhi manusia dari berbagai segi.
SYAITHAN
Teman yang teramat dekat!
Pantaskah aku bersahabat dengan-Mu
Yang melatihku dengan nafsu yang membara
Yang mengajakku bertarung dengan diriku sendiri
Yang menentang ruh Tuhan dalam qalbuku
Yang siap menurunkan derajat diriku
Dalam kehinaan yang serendah cacing
Yang mengubah cahayaku
Menjadi api yang berkobar-kobar
Yang mengusung jenazah keulamaanku
Dan mengangkatku menjadi pahlawan dunia kerusuhan
Yang mengelus-elus jiwa meranaku dengan keapatisan
Engkau syaithan yang mengalir dalam
Tiap sel darahku
Dengan kuku-kuku tajammu
Engkau cengkeram hatiku hingga
Atas nama cinta engkau ajak aku pada kemaksiatan
Atas nama agama engkau ajak aku pada kebodohan
Atas nama Tuhan engkau ajak aku pada perpecahan
Atas nama perjuangan engkau ajak aku pada kedurjanaan ambisi
Atas nama keadilan engkau ajak aku pada kesewenang-wenangan
Atas nama kesolihan engkau ajak aku pada keapatisan
Atas nama hukum engkau kaburkan penjahat dan pahlawan
Atas nama kezuhudan engkau ajak aku pada kemiskinan
Aas nama ukhuwah engkau ajak aku pada ta’assub
Atas nama kebaikan engkau ajak aku pada riya’
Atas nama kasih sayang engkau ajak aku pada kedhaliman
Atas nama toleransi engkau ajak aku tuk kaburkan kebenaran
Atas nama sopan santun engkauajak aku tuk sembunyikan kemutlakan
Atas nama kesehatan engkau ajak aku pada kemalasan
Atas nama keindahan engkauajak aku tuk perturutkan nafsu
Atas nama keuntungan engkau ajak aku pada korupsi
Atas nama perdagangan engkau jayakan riba’
Atas nama bantuan engkau jajah suatu negeri
Atas nama krisis engkau makmurkan para monster
Atas nama pembangunan engkau peras keringat rakyat
Engkau teman yang teramat dekat
Engkau sakiti ruh dalam diriku
Bersamamu semua kelezatan menipu
Mengaburkan jalan lurus nan sempurna
Namun tiada layak menghujatmu semata
Karena Adam telah membuatmu sekarat dan tersedu
Nestapa dalam pencarian sahabat
Engkau teman yang teramat dekat
Harus kubangun benteng baja nurani
Harus kusiram bara murka apimu
Harus kunyalakan cahaya kebaikan abadi
Harus kugenggam cahaya cinta Ilahi
Agar cahaya kidung tauhidku
Dapat menghantam kelembutan tipu dayamu
[1] moh. Ali As-Sabuni, mukhtashor tafsir Ibnu Katsir juz 1 ( jeddah: maktabah jiddah, nd) hal. 33))
[2] Tadjab, Pengantar filsafat Pendidikan Islam ( Malang : Fak. Tar. IAIN Sunan Ampel, 1984) hal. 64.
[3] Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam( Bandung: PT Al Ma’rif , 1980) hal. 20
[4] Al Maraghi
[5] Yunahar Ilyas
[6] golongan iblis
[7] Dawan rahardjo, Ensiklopedi Al Qur’an, Jakarta . Cet II hal. 199.
[8] Tafsir sufi Al Fatihah hal 144
[9] ……………….
1 komentar:
Artikel yang sangat bermanfaat. Mohon ijin mengkopi artikel ini sebagai refferensi bahan tulisan. Semoga Allah menjadikannya amal shalih (ilmu yang bermanfaat). Jazakumullah.
Posting Komentar