Surat Al Fatihah Ayat 2

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam”
Perkataan “الْحَمْدُ” adalah merupakan pujian atas suatu Dzat yang melakukan pekerjaan yang baik. Ketika kita mengucapkan الْحَمْدُ ِللهِِ berarti kita memuji Allah dengan segala perbuatan baiknya yang melahirkan alam dengan segala keindahan. Sangat pantaslah bagi kita untuk selalu memuji dzat yang telah mencipta seluruh alam dengan sangat sempurna, itulah Dia Allah pujaan seluruh alam dan jagat raya. sebagaimana sebuah syair mengatakan:
Kemanapun mata memandang
Maka keindahan-Mu selalu tergambar
Kemanapun hati berkelana
Maka kepada-Mu jualah pangkalannya

Makna dari الْحَمْدُ للهِadalah اَلثَّنَاءُ بِالِّسَانِ (pujian dengan lisan), jumlah ini adalah jumlah khobariyah (الْجُمْلَةُ الخَبَارِيَة)ُ , sedangkan makna dari jumlah khobariyah adalah tetapnya pujian yang baik dalam setiap keadaannya, dan pujian itu tetap bagi Allah Ta’ala dalam setiap keadaan, setiap pujian itu kembali kepada Allah karena Dia bersifat dengan semua sifat yang dipakai untuk memuji. Karena sifat Allah itu sifat yang paling agung, dan kebaikan- Nya meliputi segala sesuatu. Sebab Dia adalah sumber dari segala sesuatu (هُوَ مَصْدَرُ اْلكَوْنِ كُلِّهِ)

Menurut Ibnu Jarir الْحَمْدُ ِللهِِbermakna الشُّكْرُ ِللهِ خَالِصًا (syukur hanya khusus diperuntukkan bagi Allah) dan ucapan syukur tidak diperkenankan kepada selain-Nya, dan tidak juga diperuntukkan bagi sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Kita bersyukur disebabkan karena Allah telah memberi nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang tak bisa dihitung. Diberi alat untuk ta’at dan anggota-anggota badan untuk melaksanakan kewajiban dan diberi rizki untuk bekal kehidupan dan lain-lain.
Kata-kata رَبٌّ menurut Abul A’la Almaududi memiliki arti yang komprehensip yaitu:
a. Dzat yang memelihara, menjamin, dan memenuhi segala kebutuhan alam semesta.
b. Dzat yang membimbing, mengawasi, serta memperbaiki dalam segala hal.
c. Tuan besar, majikan, pemimpin yang padanya tergantung gerakan segala sesuatu.
d. Kepala yang diakui kekuasaannya, kewibawaannya, dan semua perintah-perintahnya di patuhi dan diindahkan.
e. Raja dan pemilik.

Dari sini nampak jelas bahwa setelah mengucapkan “اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ” kita seharusnya memiliki sikap tauhid yang jelas, bahwa selain Allah sebagai pencipta maka Allah sebagai penguasa dan pemelihara seluruh alam. Hingga kita sebagai ciptaan-Nya wajib tunduk pada undang-undang dan perintah-perintah Allah yang mengatur alam ini. Semenjak mengucapkan kalimat ini (اَلْحَمْدُ ِللهِ) maka kita tidak boleh lagi beraqidah sebagaimana orang-orang arab jahiliyah yang mengakui Allah sebagai pencipta, namun tidak mengakui Allah sebagai penguasa dan pengatur alam semesta ini, sehingga mereka menciptakan hukum-hukum yang baru di luar syariat Allah, oleh karena itulah mereka digolongkan oleh Allah sebagai kaum musyrikin, yaitu kaum yang menyekutukan Allah dalam hal pembuatan undang-undang kehidupan dan kemasyarakatan.
Semenjak kita mengenal Allah sebagai Rabbul ‘alamin, maka sejak itulah kita seharusnya berkeyakinan bahwa hak Allah-lah untuk menurunkan aturan-aturan dan undang-undang sesuai dengan kehendak dan pengetahuan-Nya demi kemaslahatan manusia, dan manusia tidak boleh lagi membuat syariat-syariat baru dan undang-undang baru yang menentang, berbeda dan melanggar undang-undang Allah, sebagaimana sekarang ini kita dapati banyak manusia yang mengaku mempertuhankan Allah namun membuat aturan-aturan kehidupan yang berbeda dengan undang-undang Allah bahkan melanggar ayat-ayat Alqur’an. Maka dengan demikian dapat dipastikan bahwa ucapan اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ tak berarti apapun bagi mereka karena diucapkan tanpa difahami konsekwensi dan maknanya. Sehingga mereka sengaja maupun tanpa sengaja menandingi Allah untuk membuat syariat-syariat dan undang-undang baru yang berbeda dengan kehendak Allah. Sebagaimana dalam surat Asy-Syuura (42) ayat 21 dikatakan:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَآءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ الله ُ وَلَوْلاَ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (الشُّورَى:21)

Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang mensyariatkan bagi mereka sebagian dari dien ini (tata cara hidup) yang Allah tidak mengizinkannya, sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) ,tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang dzolim itu akan memperoleh azab yang amat pedih." (Q. S. Asy-Syura ,42: 21)

Dalam surat Al-Hujurat (49) ayat 26 juga dikatakan:

قُلْ أَتُعَلِِّمُونَ الله َبِدِيْنِكُمْ وَالله ُيَعِلَمُ مَافِى السَّموَاتِ وَ مَا فِى اْلأَرْضِ وَ الله ُبِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ (الحجرات :16)

Katakanlah (kepada mereka): "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al Hujurat,49: 26)

Dalam dua ayat tersebut Allah Rabbul Alamin seolah-olah terheran-heran dengan kesombongan manusia yang ingin membuat syariat-syariat baru yang berbeda dengan syariat Allah, apakah mereka ingin mengajarkan kepada Allah tentang dien mereka, ataukah mereka mempersekutukan Allah setelah mereka beriman dengan membuat syaria-syariat baru, sungguh demikian itu menurut Allah adalah suatu kebodohan dan kemusyrikan yang nyata.

Dengan mengucapkan الْحَمْدُ لَلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ kita memuji kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya karena telah membimbing dan mengatur atau mendidik seluruh alam, hingga sebagaimana digambarkan dalam sebuah hadist di bawah ini, para malaikat tak mampu menuliskan ganjaran untuk ucapan tersebut, jika diucapkan dengan benar dan tulus dari hati nurani.

وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَكُمْ : أَنَّ عَبْدًا مِنْ عِبَادِ اللهِ قَالَ:يَا رَبِّ لَكَ اْلحَمْدُكَمَا يَنْبَغِىلِجَلاَلِ وَجْهِكَ, وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.فَعَضَلَتْ بِاْلمَلَكَيْنِ فَلَمْ يَدْرِيَاكَيْفَ يَكْتُبَانِهَا,قَالَ اللهُ:وَهُوَاَعْلَمُ بِمَاقَال َعَبْدُهُ. مَاذَا قَالَ عَبْدِى؟ قَالاَ يَا رَبِّ إِنَّهُ قَالَ: لَكَ اْلحَمْدُ يَنْبَغِىلِجَلاَلِ وَجْهِكَ, وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. فَقَالَ الله لَهُمَا أُكْتُبَا هَا كَمَاقَالَ عَبْدِى حَتَّى يَلْقَانِى فَأَجْزِيْهِ بِهَا. (رواه ابن ماجه عن ابن عمر)

Artinya: Dan Dari Ibnu Umar, Bahwasanya Rasulullah SAW. Berbicara kepada kalian: bahwasanya seorang hamba dari hamba-hamba Allah berkata: “ wahai Tuhanku, bagi-Mu segala pujian sebagaimana keagungan wajah-Mu, dan kebesaran kekuatan-Mu. Maka ……… kepada kedua malaikat , dan keduanya tidak mengetahui bagaimana menulisnya. Lalu Allah berfirman: Dan Dia (Allah) lebih mengetahui apa-apa yang dikatakan oleh hamba-Ku”. Kedua malaikat tersebut berkata: wahai Tuhanku! sesungguhnya dia berkata : “ bagi- Mu pujian sebagaimana keagungan wajah-Mu dan kebesaran kekuatan-Mu”. Lalu Allah berfirman kepada kedua malaikat tersebut: “tulislah sebagaimana yang dikatakan hamba-Ku, sampai ia menjemput-Ku, maka Akulah yang akan membalasnya”. ( diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Umar )

Dalam Hadist lain juga dikatakan:

عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ. (رَوَاهُ التِّرْمِيْذِي وَقَالَ حَسَنٌ غَرِيْبٌ)

Dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda: sebaik-baik dzikir adalah kalimat “La Ilaha Illa Allah” dan seutama-utama doa adalah “Alhamdu lillah”. (H.R. Tirmidzi, dan ia mengatakan ini hadist hasan gharib)

Dalam hadist lain juga dikatakan:

عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أَنَّهُ قَالَ: مَا أَنْعَمَ الله ُعَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً فَقَالَ: الْحَمْدُ ِللهِ, إِلاَّ كَانَ الَّذِي أَعْطَى أَفْضَلَ مِمَّا أَخَذَ.

Barang siapa yang Allah memberikan suatu nikmat kepadanya lalu dia mengucapkan “Alhamdulillah” maka Allah akan memberi yang lebih utama dari yang telah ia dapat”.

Kesimpulan:
a) Dari segi aqidah, kalimat ini menyatakan bahwa Allahlah penguasa, pemelihara dan pengatur seluruh alam ini, maka dialah yang berhak untuk membuat undang-undang kehidupan demi kemaslahatan manusia dan seluruh makhluk-Nya. Maka manusia tidak boleh membuat undang-undang apapun yang menyalahi syari’at-Nya.
b) Dari segi akhlak, kita diperintahkan untuk selalu mengucapkan اَلْحَمْدُ ِللهِ dengan hati dan lisan sebagai rasa syukur kepada Allah yang memberi nikmat yang berlimpah kepada manusia.
Ucapan اَلْحَمْدُ للهِ merupakan perantara syukur yang teramat dalam dari hati nurani seorang hamba kepada penciptanya yang menyebabkannya selalu ikhlas untuk menerima apapun ketentuan Allah yang berkenaan dengan dirinya dan alam semesta. Oleh sebab itu Allah SWT berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi: 

.....لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ(7)

“Sesungguhnya jika kalian bersyukur sungguh Aku (Allah) akan menambah kepada kalian dan jika kalian kafir
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“.( QS. Ibrohim: 7 )

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India